Puasa Biologis Menurut Prof. Wawan Wahyuddin: Menjaga Diri dari Kerusakan Moral

FAJARLAMPUNG.COM, Serang – Dalam kehidupan yang penuh dengan godaan dan dorongan nafsu, baik fisik maupun mental, pengendalian diri menjadi sangat penting.

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten, Prof. Dr. H. Wawan Wahyuddin menyampaikan pandangannya tentang konsep Puasa Biologis.

Menurut Prof. Wawan, manusia dianugerahi beragam nafsu yang jika tidak dikelola dengan baik, dapat berpotensi merusak diri sendiri dan orang lain. Dalam konteks ini, Puasa Biologis muncul sebagai sebuah solusi dalam mengendalikan dorongan – dorongan tersebut.

“Puasa Biologis bukan sekadar menahan dorongan seksual, tetapi lebih luas dari itu. Ini adalah tentang menahan segala bentuk nafsu yang bisa merusak diri sendiri dan lingkungan sekitar, seperti perselingkuhan, korupsi, penyalahgunaan narkoba, hingga eksploitasi diri dalam bentuk yang merugikan,” jelas Prof. Wawan kepada wartawan Rabu, (13/3/2025).

Ia juga menekankan bahwa kehancuran moral dapat terjadi apabila manusia tidak mampu mengendalikan dorongan biologisnya. Oleh karena itu, memahami dan menerapkan konsep Puasa Biologis menjadi kunci dalam menjaga integritas moral, bukan hanya dalam hubungan pribadi, tetapi juga dalam kehidupan sosial yang lebih luas.

Dalam dunia yang semakin terbuka dan bebas ini, menurutnya pengendalian diri menjadi hal yang semakin sulit namun sangat vital. Masyarakat yang sehat dan bermoral dapat tercipta apabila setiap individu mampu mengatur keinginan dan menjaga diri dari hal-hal yang merugikan.

“Dengan memahami konsep Puasa Biologis, setiap individu bisa lebih bijak dalam mengelola keinginan, menjaga integritas diri dan turut berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih bermoral dan sehat,” tambahnya.

Prof. Wawan berharap agar ide Puasa Biologis ini dapat diimplementasikan tidak hanya dalam kehidupan pribadi, tetapi juga menjadi bagian dari pendidikan moral di masyarakat, agar kehidupan bersama dapat berlangsung lebih harmonis dan penuh dengan kebaikan, tandasnya”.

( Yuyi Rohmatunisa)