Jakarta

Profesor Ahmad Sihabudin Melantik Doktor Komunikasi Universitas Sahid ke-147

FAJARLAMPUNG.COM – Jakarta, Profesor Dr. Ahmad Sihabudin melantik Doktor Bidang Ilmu Komunikasi ke-147 pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta. Gelar Doktor dengan yudisium Sangat Memuaskan tersebut diraih Media Sucahya pada Sidang Terbuka Promosi Doktor yang digelar di Ruang Serbaguna Kampus Sahid Sudirman, Jakarta (12/10/2023).

Prosesi pengukuhan Doktor setelah Media Sucahya, dosen pada Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Serang Raya berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Konstruksi Sosial Jamban Sehat Tanpa Subsidi Melalui Komunikasi Pembangunan Partisipatif, Studi Fenomenologi Masyarakat Desa Kertaraharja, Pandeglang, Banten”.

Sidang promosi dipimpin Rektor Universitas Sahid Jakarta Dr. Marlinda Irwanti Poernomo, dan dewan penguji lainnya yaitu Dr. Dewi Widowati, Dr Jamalullail, Dr Mikhael Dua, Dr. Arief Subhan, dan Dr Nandang Mulyasantosa. Sedangkan Dr. Dr. Gloria Angelita Tomasowa bertindak sebagai sekretaris sidang.

Dalam disertasinya, Media menyoroti masalah sosial di Indonesia dimana di era moderen abad 21 ini, masih ada penduduk Indonesia yang melakukan buang air besar sembarangan. Data BPS menunjukkan dari jumlah penduduk sebesar 275.773 juta jiwa pada 2022, sebesar 5,86% masih mempraktikkan pola hidup tidak sehat. Sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan, perilaku tidak sehat itu harus dihentikan pada tahun 2030.
Sedangkan di Provinsi Banten, tercatat 240.402 kepala keluarga atau 13,05 % dari jumlah penduduk Banten yang masih buang air besar di tempat terbuka. Dari jumlah itu, terbanyak di Kabupaten Pandeglang sebesar 25,02 persen. Selebihnya di Kabupaten Lebak mencapai 19,87 persen, Kabupaten Serang 15,31 persen, Kabupaten Tangerang 12,65 persen, Kota Serang 8,94 persen, Kota Cilegon 7,40 persen, Kota Tangerang 5,13 persen, dan Kota Tangerang Selatan 4,44 persen.

Media mengatakan masih banyaknya warga yang buang air besar sembarangan (BABS) karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, rendahnya penghasilan, dan budaya setempat yang membenarkan kebiasaan tersebut. Disamping itu, anggaran pemerintah dalam membangun sanitasi lingkungan terbatas, menyebabkan banyak wilayah tidak mendapat anggaran subsidi untuk membangun kloset.

Lebih lanjut, Media menyoroti beberapa kelemahan program pemberdayaan selama ini, yang lebih mengutamakan pendekatan top down bukan bottom up, menjadikan desa sasaran sebagai objek bukan sebagai subjek pelaku pembangunan, mengutamakan pembangunan fisik bukan perubahan sikap dan perilaku, dan tidak menfokuskan pada pemanfaatan sumber daya lokal.

“Komunikasi pembangunan partisipatif dapat dijadikan model pembangunan untuk mengubah mindset masyarakat miskin dari yang semula melakukan buang air besar sembarangan, akhirnya mau berubah menggunakan jamban sehat tanpa disubsidi. Model ini berhasil diterapkan oleh Lembaga Amal Zakat Harapan Duafa (LAZ Harfa) di Pandeglang, yang berhasil mendorong masyarakat miskin membangun 10 ribu jamban sehat tanpa disubsidi,” ucap Media yang tercatat sebagai anggota madya wartawan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Banten, Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Banten, dan Sekretaris Litbang Serikat Media Siber Indonesia.

Media menjadikan tempat penelitian disertasi masyarakat miskin Desa Kertaraharja, Pandeglang, Banten yang memiliki 1.841 Kepala keluarga. Menggunakan model komunikasi pembangunan partisipatif dua langkah, LAZ Harfa mampu mendorong masyarakat miskin yang mayoritas penduduk bertani untuk membangun 534 jamban sehat, tanpa subsidi dari pihak eksternal. Agar masyarakat dapat mengumpulkan biaya, dibuatlah arisan jamban, dimana setiap anggota mengiur Rp20 ribu per minggu, dan uang arisan itu dikocok setiap bulan. Uang arisan itu dikhususkan untuk membangun jamban. LAZ Harfa juga menginisiasi family garden dimana warga didorong untuk menanam tanaman palawija di halaman rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Untuk meningkatkan kapasitas ekonomi, warga membuat kelompok keuangan mikro. LAZ Harfa memberi modal Rp10 juta, dan anggotanya dapat meminjam tanpa bunga untuk kegiatan produktif.

Temuan disertasi Media adalah LAZ Harfa melakukan konstruksi sosial menuju jamban sehat menggunakan model komunikasi pembangunan partisipatif dua tahap. Elemen komunikasi terdiri dari komunikator, pesan, media, komunikan, feedback, dan efek. Tahap pertama, elemen komunikasi yaitu komunikator (LAZ Harfa) dan komunikan (warga Desa Kertaraharja) saling bertukar informasi tiada henti hingga terjadi kesamaan makna. LAZ Harfa menyampaikan pesan nilai-nilai hidup bersih dan sehat kepada warga Desa Kertaharja dengan menggunakan media pemicuan seperti mencicipi air digelas yang berisi tinja atau mencium sehelai rambut yang sudah diolesi tinja.

Respon warga semuanya menolak dan mengaku merasa jijik, mual, dan muntah. Dari situlah, proses perubahan pola pikir menuju konstruksi sosial baru menuju jamban sehat tanpa subsidi dimulai. Komunikasi pembangunan partisipatif tahap kedua mengeksekusi efek. Efek terjadi karena kesamaan makna. Maka menindaklanjuti efek tersebut, warga membangun jamban tanpa subsidi.

Hadir dalam acara yang diadakan offline dan online tersebut Wakil Rektor Unsera Deni Kurnia, Dekan Fisipkum Delly Maulana, Kepala LPPM Farid Wajdi, Anggota Senat Suherman, Wakil Dekan Fisipkum Rahmi Mulyasih, dan Ketua PWI Provinsi Banten Rian Novandra. (*)