KBUMN Apresiasi Turn Around Kopi PTPN di Kawasan Ijen

FAJARLAMPUNG.COM, Bondowoso – Kementerian BUMN mengapresiasi PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo, Sub Holding PTPN III (Persero) yang mampu menjalankan Kerjasama Operasi dan Program Turn Around Kebun Kopi sehingga tidak hanya terjadi peningkatan produktivitas, tapi Kopi Jawa yang dihasilkan juga mampu konsisten menembus pasar dunia.

Hal tersebut di utarakan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo saat mengunjungi Java Coffee Estate dan Pabrik Kopi KSO PTPN IV PalmCo bersama PTPN I SupportingCo di Kawasan Ijen, Bondowoso, Jawa Timur, Selasa (03/06).

Menurut Tiko, begitu Kartika acap dipanggil, PalmCo telah menunjukkan progress dan pertumbuhan atas program Turn Around komoditas Kopi di Kebun Kalisat dan Blawan.

“Hari ini kita melihat langsung pengerjaan peremajaan kebun Kopi yang dilakukan PalmCo berdampak besar pada pertumbuhan produksi,” sebut Tiko.

Program intensifikasi melalui peremajaan menggunakan bibit unggul serta penerapan teknologi yang lebih efesien memang telah dilakukan secara bertahap dalam 3 tahun kebelakang. Memang sejak KSO ditandatangani pada 20 Mei 2022 silam, PalmCo percaya peremajaan dan pemeliharaan dengan best practices terbaik, sanggup menjadi back bone pertumbuhan produktivitas.

“Kita apresiasi. Grafik produksinya naik terus. Maka pertahankan dan tingkatkan skalanya dengan tetap memperhatikan kualitas panen serta mutu produk. Sehingga ekspor ke manca negara yang sudah berhasil dilakukan juga dapat diperluas lagi,” imbuhnya.

Data mencatat produktivitas Kebun JCE pasca KSO melonjak ditengah penurunan luas tanaman menghasilkan. Bahkan produktivitas tahun 2023 dan 2024 merupakan angka tertinggi yang pernah dicapai JCE selama 6 tahun terakhir, yakni menyentuh 482 Kg/Ha.

Sedangkan dari sisi pemasaran, Kopi Jawa Arabika ini kembali mendunia dengan konsistensi ekspor ke negara-negara Eropa hingga Amerika Serikat.

Lebih jauh Tiko juga berharap PTPN turut meningkatkan kerjasama dengan kopi produksi masyarakat bersama Perhutani yang sudah mulai dikembangkan di kawasan Gunung Ijen.

“Model kerjasamanya yakni masyarakat menanam kopi di lahan Perhutani. Kemudian, dalam prosesnya dibina oleh PTPN, dan hasilnya dibeli oleh PTPN untuk diolah di pabriknya dan dijual dengan nilai yang tinggi hingga keluar negeri. Sehingga buat petani nilai tambahnya semakin besar dibandingkan mereka bertani tradisional,” bebernya.

Sementara itu Direktur Utama PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani menyebutkan total produksi kopinya menyentuh 825 ribu kilogram dalam setahun. Dimana 80 persen di antaranya diekspor.

Kemudian guna meningkatkan produksi kopi yang merupakan aset PTPN I SupportingCo itu, pihaknya melalui KSO berkomitmen mendukung PTPN IV dalam melakukan tanam ulang di kebun-kebun kopi PTPN I.

Selain itu, Ghani juga menegaskan dengan amanat dari Pemerintah dalam membantu petani meningkatkan pendapatan masyarakat, pihak PTPN siap membina.

“Kopi masyarakat kita olah disini, kita jual, sebisanya eskpor juga arahnya. Sehingga pendapatan petani meningkat,” ucapnya.

Dalam kunjungan kerja tersebut Wakil Menteri BUMN didampingi Asisten Deputi Bidang Industri Perkebunan dan Kehutanan diterima langsung oleh Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa.

Dikatakannya, keberhasilan turn around komoditas kopi membuktikan bahwa dedikasi, kerja keras, dan komitmen dari setiap individu yang telah mendukung penuh transformasi JCE demi mengembalikan legenda kopi jawa di kancah internasional, termasuk meningkatkan perolehan laba secara berkelanjutan.

Laporan keuangan tahunan menunjukkan laba/rugi kebun kopi Kalisat Jampit dan Belawan yang dikelola KSO JCE terus mengalami peningkatan. Setelah hanya memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp11 dan Rp13 miliar di 2019-2020, bahkan merugi Rp 20 miliar di 2021, JCE mencatatkan kenaikan keuntungan berturut-turut mencapai Rp18.09 Miliar (2022), 28.48 Miliar (2023), dan 32.00 Miliar (2024).

Untuk itu di sisa waktu KSO selama 6 tahun mendatang, PalmCo akan menggesa komposisi tanaman menghasilkan agar lebih ideal sehingga pertumbuhan operasional, finansial, dan dampak sosialnya mampu berkelanjutan dan bertumbuh.

“Terimakasih kepada Kementerian BUMN dan Holding Perkebunan yang terus memberikan dukungan kepada kami. Kita juga ingin membawa praktek terbaik ini ke petani kopi di Indonesia. Sehingga nantinya tidak hanya JCE dan PTPN saja, tapi seluruh petani kopi Indonesia mampu menikmati hasil bertani kopi yang maksimal,” tutup Jatmiko.(Nd)